Dunia Orang Mati 1 - Alam Barzakh - Sheol - Hades - 阴间也 - 陰間也
Dunia Orang Mati - Alam Barzakh
Hanya sedikit yang dikatakan Alkitab mengenai keadaan orang mati. Dalam Perjanjian Lama pun manusia yang mati bukan tidak berada lagi, tapi rohnya turun ke SYEOL (dunia orang mati). Tempat ini digambarkan sebagai tempat yang paling bawah (Mazmur 86:13; Amsal 15:24; Yehezkiel 26:20), suatu negeri yang gelap gulita (Ayub 10:22), daerah yang sunyi (Mazmur 88:12; 94:17; 115:17). Di sini diterimalah orang yang baru meninggal (Yesaya 14:9-10) oleh orang mati, yang berkumpul menurut suku-sukunya (Yehezkiel 32:17-32).
SYEOL bukanlah terutama berarti tempat, tapi keadaan orang mati. Di situ eksistensi atau keberadaan mereka bukan menjadi tiada, tapi juga mereka tidak hidup, sebab hidup dapat dinikmati hanya di hadapan Allah:
SYEOL merupakan cara Perjanjian Lama menegaskan bahwa maut tidak mengakhiri eksistensi manusia. Dalam satu dua tempat Allah memberikan penyataan tambahan (kemudian hari ditambah lagi dalam Perjanjian Baru), bahwa karena Dia-lah Allah yang hidup, maka Ia takkan meninggalkan umat-Nya dalam kuasa dunia orang mati, tapi akan membawa mereka ke hadirat-Nya supaya mereka dapat menikmati hidup di situ (Mazmur 16:9-11; 49:15; 73:24; Ayub 19:25-26). Henokh dan Elia naik ke surga ke hadirat Allah, tanpa melihat SYEOL lebih dulu (Kejadian 5:24; 2 Raja 2:11).
Dalam Perjanjian Baru istilah yang diterjemahkan dunia orang mati atau kerajaan maut ialah hades (Matius 11:23; 16:16; Lukas 10:15 dab). Barangkali cerita orang kaya dan Lazarus, seperti cerita tentang bendahara yang tidak jujur, adalah perumpamaan yang menggunakan jalan pikiran Yahudi pada waktu itu, dan tidak dimaksudkan untuk mengajar kita mengenai keadaan orang mati. Petrus membicarakan tentang orang-orang yang fasik yang mati sebagai roh-roh yang dipenjara.
Penyataan bahwa maut tidak mengakhiri eksistensi manusia diperluas dalam Perjanjian Baru. Kiasan mengenai tidur sering dipakai tentang orang mati (Matius 27:52; 1 Korintus 11:30; 1 Tesalonika 4:13), dan ada ahli melihat arti yang lebih dalam ketimbang melulu kiasan ini. Kepada kita diberitahukan bahwa orang-orang yang sudah ditebus akan bersama Yesus bila mereka mati (Lukas 23:43; Filipi 1:23) dan bahwa roh-roh mereka telah menjadi sempurna (Ibrani 12:23). Paulus enggan melihat maut sebab nampak seperti suatu keadaan telanjang tanpa tubuh (2 Korintus 5:3), sehingga ia merindukan tubuh rohaniah. Tapi keengganannya itu dikalahkan oleh keyakinan, bahwa meninggalkan tubuh berarti berada bersama Tuhan Yesus, maka walaupun ia tidak mempunyai pengetahuan tentang keadaan roh manusia sesudah mati, hal itu lebih diingini ketimbang berlanjut dalam eksistensi hidup duniawi. Tujuan Allah ialah menebus manusia seutuhnya, mencakup jiwa raganya. Ungkapan seperti keselamatan jiwamu (1 Petrus 1:9; Yakobus 1:21) tidak berarti bahwa jiwa diselamatkan tanpa tubuh, karena (seperti dalam Matius 16:25) psukhê (nyawa) berarti hidup manusia yang nyata, tanpa singgungan khusus pada soal apakah ia mempunyai tubuh atau tidak (bandingkan dengan Kisah 27:10).
SYEOL bukanlah terutama berarti tempat, tapi keadaan orang mati. Di situ eksistensi atau keberadaan mereka bukan menjadi tiada, tapi juga mereka tidak hidup, sebab hidup dapat dinikmati hanya di hadapan Allah:
SYEOL merupakan cara Perjanjian Lama menegaskan bahwa maut tidak mengakhiri eksistensi manusia. Dalam satu dua tempat Allah memberikan penyataan tambahan (kemudian hari ditambah lagi dalam Perjanjian Baru), bahwa karena Dia-lah Allah yang hidup, maka Ia takkan meninggalkan umat-Nya dalam kuasa dunia orang mati, tapi akan membawa mereka ke hadirat-Nya supaya mereka dapat menikmati hidup di situ (Mazmur 16:9-11; 49:15; 73:24; Ayub 19:25-26). Henokh dan Elia naik ke surga ke hadirat Allah, tanpa melihat SYEOL lebih dulu (Kejadian 5:24; 2 Raja 2:11).
Dalam Perjanjian Baru istilah yang diterjemahkan dunia orang mati atau kerajaan maut ialah hades (Matius 11:23; 16:16; Lukas 10:15 dab). Barangkali cerita orang kaya dan Lazarus, seperti cerita tentang bendahara yang tidak jujur, adalah perumpamaan yang menggunakan jalan pikiran Yahudi pada waktu itu, dan tidak dimaksudkan untuk mengajar kita mengenai keadaan orang mati. Petrus membicarakan tentang orang-orang yang fasik yang mati sebagai roh-roh yang dipenjara.
Penyataan bahwa maut tidak mengakhiri eksistensi manusia diperluas dalam Perjanjian Baru. Kiasan mengenai tidur sering dipakai tentang orang mati (Matius 27:52; 1 Korintus 11:30; 1 Tesalonika 4:13), dan ada ahli melihat arti yang lebih dalam ketimbang melulu kiasan ini. Kepada kita diberitahukan bahwa orang-orang yang sudah ditebus akan bersama Yesus bila mereka mati (Lukas 23:43; Filipi 1:23) dan bahwa roh-roh mereka telah menjadi sempurna (Ibrani 12:23). Paulus enggan melihat maut sebab nampak seperti suatu keadaan telanjang tanpa tubuh (2 Korintus 5:3), sehingga ia merindukan tubuh rohaniah. Tapi keengganannya itu dikalahkan oleh keyakinan, bahwa meninggalkan tubuh berarti berada bersama Tuhan Yesus, maka walaupun ia tidak mempunyai pengetahuan tentang keadaan roh manusia sesudah mati, hal itu lebih diingini ketimbang berlanjut dalam eksistensi hidup duniawi. Tujuan Allah ialah menebus manusia seutuhnya, mencakup jiwa raganya. Ungkapan seperti keselamatan jiwamu (1 Petrus 1:9; Yakobus 1:21) tidak berarti bahwa jiwa diselamatkan tanpa tubuh, karena (seperti dalam Matius 16:25) psukhê (nyawa) berarti hidup manusia yang nyata, tanpa singgungan khusus pada soal apakah ia mempunyai tubuh atau tidak (bandingkan dengan Kisah 27:10).
Sheol
Dalam bahasa Aslinya, Alkitab menggunakan kata Ibrani Sye’ohl dan padanannya dalam bahasa Yunani Hai’des lebih dari 70 kali. Kedua kata itu berkaitan dengan kematian. Beberapa penerjemah Alkitab mengalihbahasakannya menjadi “kuburan”, “neraka”, atau “liang kubur”. Tetapi, kebanyakan bahasa tidak mempunyai kata yang artinya persis sama dengan kata Ibrani dan kata Yunani itu. Maka, Terjemahan Dunia Baru menggunakan kata “Syeol” dan “Hades”.
Penghkotbah 9:10 menyatakan, “Tidak ada pekerjaan atau rancangan atau pengetahuan atau hikmat di Syeol, tempat kemana engkau akan pergi.” Apakah itu berarti bahwa Syeol memaksudkan sebuah liang kubur tertentu, tempat kita mungkin memakamkan orang yang kita cintai? Tidak. Apabila yang dimaksud adalah sebuah kuburan tertentu, Alkitab menggunakan kata Ibrani dan kata Yunani lain, bukan sye’ohl dan hai’des. (Kejadian 23:7-9; Matius 28-1) Selain itu, Alkitab tidak menggunakan kata “Syeol” untuk tempat pemakaman banyak orang, seperti makam keluarga atau kuburan massal. –Kejadian 49:30, 31.
Maka, tempat seperti apa “Syeol”itu? Alktitab menunjukkan bahwa “Syeol,”atau “Hades”, memaksudkan sesuatu yang bahkan jauh melebihi kuburan massal yang lebih besar. Misalnya Yesaya 5:14 mengatakan bahwa Syeol itu “luas dan telah mengangakan mulutnya lebar-lebar melampaui batas”. Meskipun dapat dikatakan bahwa Syeol telah menelan tak terhitung banyaknya orang mati, Syeol tampaknya belum puas juga. (Amsal 30:15, 16) Tidak seperti pekuburan harfiah mana pun, yang hanya dapat menampung orang mati dalam jumlah tertentu, ‘Syeol tidak pernah puas’. (Amsal 27:20) Artinya, Syeol tidak pernah menjadi penuh dan tidak ada batasnya. Jadi, Syeol, atau Hades, bukan sebuah tempat harfiah di lokasi tertentu, melainkan kuburan umum umat manusia yang mati, tempat kiasan sebagian besar manusia yang tidur dalam kematian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar