Kasidan Jati

Kasidan Jati
Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada. Yoh. 14:2-3

Sabtu, 24 September 2011

Kematian 5 - Death - 死亡 - Sǐwáng

Kematian 5 - Death - 死亡 - Sǐwáng


10 Alasan Untuk Mempercayai Kehidupan Setelah Kematian

1. KETIDAKADILAN DALAM KEHIDUPAN
Kita akan sulit percaya bahwa kehidupan ini benar-benar baik jika di balik kuburan tidak ada apa-apa lagi sebagai kompensasi bagi masalah-masalah ketidakadilan. Sementara sebagian orang kelihatannya ditakdirkan untuk kebahagiaan, yang lainnya dilahirkan di dalam keadaan yang mengerikan. Jika kita yakin tidak ada suatu apapun yang dapat menyeimbangkan ketidak-setaraan pembagian penderitaan, maka banyak orang punya alasan untuk mengutuk hari kelahiran mereka karena kehidupan sengsara yang mereka terima. (#/TB Ayu 3:1-3)

Kita bisa menyetujui Raja Salomo, ketika pada suatu masa yang kelam dalam kehidupannya, berkata, "Lagi aku melihat segala penindasan yang terjadi di bawah matahari, dan lihatlah, air mata orang-orang yang ditindas dan tak ada yang menghibur mereka, karena di fihak orang-orang yang menindas ada kekuasaan. Oleh sebab itu aku menganggap orang-orang mati, yang sudah lama meninggal, lebih bahagia dari pada orang-orang hidup, yang sekarang masih hidup. Tetapi yang lebih bahagia dari pada kedua-duanya itu kuanggap orang yang belum ada, yang belum melihat perbuatan jahat, yang terjadi di bawah matahari," (#/TB Pen 4:1-3).

2. KEINDAHAN DAN KESEIMBANGAN
Ada banyak hal dalam kehidupan ini yang kelihatannya tidak sesuai dengan masalah-masalah ketidakadilan dan penderitaan. Untuk segala sesuatu yang menyakitkan dan tidak adil, ada keindahan dan keseimbangan. Untuk saat-saat penuh ketakutan dan kekerasan, ada saat-saat penuh keharmonisan dan kedamaian. Sementara tubuh-tubuh yang dimakan usia menyerah pada rasa sakit dan kelemahan, anak-anak dan binatang-binatang muda dengan gembira bermain tanpa beban. Kesenian manusia, dalam segala keagungannya, menyaingi burung-burung yang beterbangan dan menyanyikan nyanyian pagi. Setiap saat matahari tenggelam dan terbit memberikan suatu jawaban bagi kebutuhan alam untuk istirahat dan pemulihan. Malam-malam gelap dan musim dingin yang beku datang dengan kesadaran bahwa "semua ini juga akan berlalu." Jika tidak ada apapun di balik kuburan, pola alam yang indah ini sama sekali tidak lengkap.

3. PENGALAMAN-PENGALAMAN MENJELANG AJAL
Bukti klinis tentang kehidupan setelah kematian bersifat subyektif dan dapat dipertanyakan. Seringkali kita sulit menilai arti dari "pengalaman-pengalaman di luar tubuh," misalnya, bertemu dengan sinar terang, terowongan panjang, atau malaikat penuntun. Juga sulit untuk mengetahui bagaimana harus menanggapi mereka yang berbicara tentang penglihatan-penglihatan tentang surga atau neraka ketika mereka menjelang ajal. Apa yang kita ketahui adalah bahwa ada cukup banyak pengalaman seperti ini untuk menciptakan suatu perpustakaan yang lumayan besar untuk memuat topik ini. Secara keseluruhan, kumpulan dari bukti-bukti ini menunjukkan bahwa ketika mendekati ajal, banyak orang yang merasakan mereka bukan sedang menuju kepada akhir dari keberadaan mereka melainkan kepada awal dari suatu perjalanan yang lain.

4. SUATU TEMPAT DI DALAM HATI
Hati manusia merindukan lebih dari apa yang dapat ditawarkan oleh kehidupan ini. Setiap kita mengalami apa yang disebut oleh Raja Salomo sebagai "kekekalan di dalam hati (kita)," (#/TB Pen 3:11). Sekalipun sulit memahami maksud Salomo, jelas bahwa ia sedang menunjuk pada kerinduan yang tak terhindarkan pada sesuatu yang tidak dapat dipenuhi oleh dunia ini. Hal itu adalah suatu kekosongan jiwa yang juga tidak dapat dihindari oleh Salomo. Untuk sesaat, ia berusaha mengisi kekosongan batin tersebut dengan pekerjaan, alkohol, dan tawa. Ia mencoba untuk memuaskan rasa rindu itu dengan filsafat, musik, dan hubungan seksual. Tetapi kekecewaannya kian bertambah. Hanya ketika ia kembali pada kepercayaan adanya penghakiman akhir dan kehidupan sesudah kematian, dia dapat menemukan sesuatu yang cukup besar untuk memuaskan rasa rindunya pada makna kehidupan (#/TB Pen 12:14).

5. KEPERCAYAAN YANG UNIVERSAL
Sementara sebagian orang percaya pada ketidak-mungkinan mengetahui adanya kehidupan sesudah kematian, kepercayaan kepada kekekalan adalah suatu fenomena yang universal. Dari piramida-piramida Mesir sampai munculnya pemikiran Gerakan Zaman Baru, orang dari segala zaman dan tempat telah percaya bahwa jiwa manusia tetap hidup setelah kematian. Jika tidak ada kesadaran atau tawa atau penyesalan di balik kubur, maka kehidupan telah membohongi hampir setiap orang dari Firaun dari Mesir sampai Yesus dari Nazaret.

6. ALLAH YANG KEKAL
Alkitab mengajarkan bahwa Allah adalah sumber kekekalan. Sifat-sifat-Nya adalah abadi. Alkitab yang sama memberitahu kita bahwa Allah menciptakan kita menurut citra-Nya, dan bahwa rencana-Nya adalah untuk membawa anak-anak-Nya untuk masuk ke dalam rumah-Nya yang kekal. Kitab Suci ini juga mengajarkan bahwa kematian terjadi dalam kehidupan manusia karena nenek-moyang kita, yakni Adam dan Hawa, telah melanggar larangan Allah. (#/TB Kej 3:1-19) Implikasinya adalah jika Allah membiarkan umat manusia hidup selamanya dalam kondisi memberontak kepada Allah, kita akan memiliki kesempatan yang tak habis-habisnya untuk mengembangkan diri menjadi ciptaan yang angkuh dan egois. Tetapi sebaliknya, Allah mulai menyingkapkan suatu rencana yang pada akhirnya akan menghasilkan pulangnya orang-orang ke rumah Allah yang kekal, yakni orang-orang yang memilih hidup damai dengan Allah. (#/TB Maz 90:1; Yoh 14:1-3)

7. NUBUAT-NUBUAT PERJANJIAN LAMA
Sebagian orang berargumentasi bahwa kekekalan adalah suatu pemikiran Perjanjian Baru. Tetapi Daniel, seorang nabi Perjanjian Lama, telah berbicara tentang suatu hari di mana mereka yang mati akan dibangkitkan, sebagian untuk mendapat hidup kekal, dan sebagian lagi untuk mendapat kehinaan kekal. (#/TB Dan 12:1-3) Seorang penulis Mazmur juga berbicara tentang kehidupan setelah kematian. Dalam #/TB Maz 73, seorang bernama Asaf menggambarkan bagaimana ia hampir kehilangan imannya kepada Allah ketika ia memikirkan orang fasik yang mengalami kemujuran sementara orang benar menderita. Tetapi kemudian ia berkata bahwa ia masuk ke dalam tempat kudus Allah. Dari perspektif ibadah, ia tiba-tiba melihat orang fasik berdiri pada tempat yang licin dari kefanaan mereka. Dengan pemahaman yang baru, ia mengakui, "Dengan nasihat-Mu Engkau menuntun aku, dan kemudian Engkau mengangkat aku ke dalam kemuliaan. Siapa gerangan ada padaku di sorga selain Engkau? Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi. Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya,". (#/TB Maz 73:24-26)

8. PERKATAAN-PERKATAAN KRISTUS
Sedikit orang yang akan menuduh Yesus sebagai orang jahat atau seorang guru palsu. Bahkan orang-orang atheis dan orang-orang beragama non-Kristen pun biasanya menyebut Yesus dengan hormat dan kagum.
Tetapi Yesus tidak berpura-pura atau menyembunyikan kenyataan adanya kelanjutan hidup setelah kematian. Ia berkata, "Janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; tetapi takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka,". (#/TB Mat 10:28) Yesus menjanjikan Firdaus kepada penyamun yang bertobat yang hampir mati di sisi-Nya. Tetapi Ia juga menggunakan Lembah Hinom, suatu tempat pembuangan sampah yang menjijikkan di luar Yerusalem, sebagai suatu simbol tentang apa yang menanti mereka yang tidak mempedulikan penghakiman Allah. Menurut Yesus, menghadapi kenyataan kehidupan setelah kematian adalah hal yang paling penting dalam hidup. Misalnya, Ia berkata, jika sebelah mata menghalangi Anda dari Allah, Anda memiliki alasan untuk membuang mata tersebut. "... lebih baik engkau masuk ke dalam Kerajaan Allah dengan bermata satu dari pada dengan bermata dua dicampakkan ke dalam neraka,". (#/TB Mar 9:47)

9. KEBANGKITAN KRISTUS
Tidak ada bukti yang lebih besar tentang adanya kehidupan setelah kematian dari pada kebangkitan Yesus Kristus. Perjanjian Lama menubuatkan seorang Mesias yang akan mengalahkan dosa dan yang mati bagi umat-Nya. (#/TB Yes 53; Dan 9:26) Para pengikut Yesus bersaksi bahwa itulah yang Dia lakukan. Ia dengan rela mati di tangan orang-orang yang menyalibkan-Nya, dikuburkan dalam sebuah kuburan pinjaman, dan 3 hari kemudian kuburan tersebut menjadi kosong. Para saksi mengatakan bahwa mereka tidak hanya telah melihat kubur yang kosong tetapi juga Kristus yang bangkit yang menampakkan diri kepada ratusan orang selama 40 hari sebelum Dia naik ke surga (#/TB Kis 1:1-11; 1Ko 15:1-8).

10. AKIBAT-AKIBAT PRAKTIS
Keyakinan adanya kehidupan setelah kematian merupakan suatu sumber rasa aman, optimisme, dan pemulihan rohani bagi seseorang. (#/TB 1Yo 3:2) Tidak ada suatupun yang menawarkan lebih banyak kekuatan dan dorongan dari pada keyakinan bahwa ada suatu kehidupan yang lebih baik bagi mereka yang menggunakan masa sekarang untuk mempersiapkan hidup dalam kekekalan.
Kepercayaan pada kesempatan-kesempatan yang tak terbatas dalam kekekalan telah memampukan banyak orang untuk mengorbankan nyawa mereka bagi kepentingan orang-orang yang dikasihi. Karena keyakinan-Nya pada kehidupan setelah kematian, maka Yesus mampu berkata, "Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya?" (#/TB Mat 16:26) Kebenaran ini pula yang mendorong martir Kristen, Jim Elliot, yang dibunuh oleh orang-orang Indian Auca pada tahun 1956, untuk mengatakan, "Dia, yang memberikan apa yang tidak dapat dijaganya untuk memperoleh apa yang tidak dapat diambil darinya, bukanlah orang yang bodoh."

ANDA TIDAK SENDIRIAN jika Anda secara jujur merasakan bahwa Anda belum diyakinkan tentang kehidupan setelah kematian. Tetapi ingatlah bahwa Yesus berjanji untuk memberikan pertolongan Ilahi kepada mereka yang ingin mengenal kebenaran dan yang mau menaklukkan diri kepadanya. Ia berkata, "Barangsiapa mau melakukan kehendak-Nya, ia akan tahu entah ajaran-Ku ini berasal dari Allah, entah Aku berkata-kata dari diri-Ku sendiri,". (#/TB Yoh 7:17)

Bila Anda yakin pada bukti adanya kehidupan setelah kematian, ingatlah Alkitab berkata bahwa Kristus mati untuk melunasi hutang-hutang dosa kita, dan bahwa semua orang yang percaya kepada-Nya akan menerima karunia pengampunan dan kehidupan kekal. Keselamatan yang ditawarkan Kristus bukanlah upah untuk usaha kita, tetapi suatu anugerah bagi mereka yang, melalui bukti-bukti tersebut, percaya kepada-Nya.

Renungan: Kisah Si Ayam Dan Si Babi
Alkisah, ada dua binatang yang berteman akrab sejak kecil, yaitu si ayam dan si babi. mereka selalu berjalan berdua kemanapun mereka pergi. Pada suatu hari, ketika mereka berjalan melewati hutan belantara yang jauh dari keramaian kota, mereka menemukan seorang laki-laki yang hampir mati.

si ayam berkata: "eh, bie! liat tuh! kayaknya ada orang sedang berbaring didepan!"
si babi : "iya, yam! gue juga liat. kayaknya dia sedang sekarat. yuk kita deketin."
Mereka melihat dari dekat, dan laki-laki itu dengan lemah berkata : "Tolong aku, aku lapar dan tidak punya makanan"

Lalu si ayam berkata kepada babi : "Eh, kasihan deh. bie, yuk kita tolong dia."
sahut si babi : "tapi gimana yam ? kita kan nggak bawa bekal apa-apa ?"
si ayam berkata : "ya sudah, apa yang ada pada diri kita saja kita olah menjadi makanan, setuju?"
babi mengangguk : "baiklah, kalau itu bisa menyelamatkan nyawa orang itu, saya bersedia."

Singkat cerita, mereka masing-masing memberikan bagian diri mereka, mengolahnya menjadi makanan dan memberikan kepada laki-laki tersebut. ia sangat berterimakasih, kesehatannya telah pulih dan ia melanjutkan perjalanannya. si ayam dan si babi pun melanjutkan perjalanannya berdua.

Si ayam berkata : "Senang yach, rasanya, kita bisa menjadi berguna untuk orang lain...."
Si babi membalas : "iya sih, aku juga senang. tapi kamu jalannya jangan cepat-cepat yam, aku tadi memberikan satu kakiku untuk menjadi makanannya, kamu sih enak, bisa bertelur...."

Cerita diatas menggambarkan 2 tipe dalam memberi, yaitu memberi dalam kelimpahan dan memberi dalam kekurangan. sifat ini dapat kita refleksikan dalam diri kita, yaitu ketika kita memberikan persembahan dalam gereja, boleh ditanyakan dalam diri kita sendiri: "apakah saya merasa sudah memberikan yang terbaik untuk Tuhan?" biarlah hati nurani masing-masing yang menjawabnya.

Saya jadi ingat, ketika Tuhan Yesus memperhatikan orang-orang yang memberi persembahan. Orang-orang kaya memberi persembahan dari kelimpahannya, tetapi seorang janda miskin memberi dari kekurangannya, bahkan seluruh nafkahnya. (Lukas 21:4). Orang yang memberikan dari kelimpahannya memberi sedikit bagian untuk Tuhan dan sisa bagian yang jauh lebih banyak untuk dirinya sendiri, sedangkan si janda miskin memberikan seluruh bagiannya untuk Tuhan dan tidak ada bagian untuk dirinya sendiri. Itulah sebuah kenyataan, bahwa setiap orang memiliki kasih yang berbeda untuk Tuhan kita.
Kehendak Tuhan adalah supaya kita mengasihiNya dengan segenap hati, jiwa dan kekuatan kita.

Tuhan memang tidak butuh harta kita. Ia adalah pemilik surga dan bumi. Jika Ia mau, Ia bisa mengambil semua harta kita. Tuhan menginginkan hati kita, supaya kita berserah kepadaNya. Namun hal ini tidak akan terjadi sepenuhnya sebelum hati kita masih menyayangi harta duniawi. Alkitab berkata : "dimana hartamu berada, disitu pula hatimu berada" (Mat 6:21).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar